Wince: Penpop Ceria #3

Selasa, 18 Maret 2014

Penpop Ceria #3

Diposting oleh Winda (윈다) di 21.57
Dongeng. Aaaah gue ga terlalu suka nulis dongeng .... JADI GUE SUKANYA NULIS APA SIH? hahaha

gue kembali ga ada ide nulis dongeng apa ... so here it is .... gabungan antara bawang merah bawah putih yang gue mix pangeran kodok dalam gaya sunda. alurnya linear atau alur maju


Lilis dan Pangeran Katak

            Zaman dahulu kala di sebuah negara bernama negara Parahiyangan hiduplah seorang gadis cantik bernama Lilis. Lilis hidup dalam sebuah keluarga yang bahagia. Ayahnya adalah seorang saudagar sukses yang sering bepergian ke berbagai negara untuk menjual rempah-rempah dan ibunya sangat cantik serta baik hati. Kebahagiaan Lilis bertambah sempurna dengan kehamilan Ibunya. Ya! Ia akan menjadi seorang teteh sebentar lagi! Setelah mengandung selama sembilan bulan, ibunya melahirkan seorang anak. Namun sayang, dewi fortuna nampaknya tidak berpihak pada Lilis. Ibu serta adik yang diidamkannya meninggal saat melahirkan.  Hal ini tentu membuat Lilis sangat sedih. Ayahnya yang tidak tega melihat kesedihan Lilis akhirnya memutuskan untuk menikah lagi. Pernikahan ini menghadiahkan Lilis seorang kakak tiri bernama Neneng. Awalnya ibu tiri sangat baik hati namun setelah ayah Lilis meninggal dunia, ibu tiri dan Neneng selalu menyuruh Lilis berbagai hal dan memarahinya. Lilis juga dipaksa untuk tidur di loteng yang kotor dan banyak nyamuknya. Ketika malam tiba, Lilis menangis tersedu-sedu merindukan orang tuanya.
 

“Emaak abaaah, Lilis teh rindu emak abah. Rindu pisan emak baaah”, tangis Lilis

            Suatu hari ibu tiri menyuruh Lilis untuk mencuci baju. Lilispun pergi ke sungai belakang rumah untuk menuruti perintah ibunya. Ketika sedang mencuci baju, tiba-tiba Lilis melihat katak yang berteriak minta tolong. Lilispun kaget karena baru kali ini ia melihat katak bisa berbicara.

“Tolong … tolong akuuu. Tolooong” teriak katak itu.

“Eleuh eleeeuh, kamu teh bisa bicara ya? ujar Lilis terkesima.

“Iya, iya aku teh bisa bicara, tapi tolonglah aku dulu. Aduuuh kakiku sudah mau copot ini rasanya” teriak katak

Lilispun mengangkat batu yang menindih kaki si katak dan menggendongnya lalu menaruhnya di atas tanah yang kering.

“Aduh, nuhun ya teh, terima kasih banyak ….”

“Sama-sama om katak. Aku senang bisa membantu.”

“Om? Aduh aku teh masih muda. Tolong jangan panggil om”

“Lalu aku teh panggil apa? Namamu siapa?”

“Namaku Aji. Panggil aku Aji saja.”
“Aku teh lilis. Baik, Kang Aji. Kaki akang teh ga apa-apa? Sekarang akang duduk saja dulu ya disini. Istirahat dulu. Kasihan kaki akang. Aku mau cuci baju dulu.”

Setelah menyelesaikan pekerjaannya Lilispun kembali ke tempat sang katak dan membawa air dalam batok kelapa.

Kang, kang Aji. Akang bisa jalan?” tanya Lilis penuh kekhawatiran.

“Sepertinya kakiku agak terluka. Aku tidak bisa jalan.” Jawab sang katak

“Baiklah, bagaimana kalau akang ikut aku pulang? Aku akan mengobati kaki akang.”

“Benarkah?” tanya sang katak kaget

“Ya, tentu saja … ” jawab Lilis dengan lemah lembut.

Akhirnya sang katak dan Lilis pun pulang ke rumah. Lilis memberikan katak ramuan dari daun jarak yang biasa dipakai untuk menyembuhkan luka memar. Katak merasa sungguh bersyukur karena mendapat bantuan Lilis. Mereka bicara semalaman mengenai banyak hal. Ternyata sang katak adalah binatang yang sangat menyenangkan. Lilis tertawa terpingkal-pingkal semalaman mendengar leluconnya.
Namun sayang keesokan paginya, Neneng mengetahui bahwa Lilis pulang dan membawa katak masuk ke rumah. Nenengpun langsung mengadu pada ibunya

“Emaaak, emaaak, lihat itu mak, Lilis teh bawa katak masuk rumah.” teriak Neneng

“Apa?? Heh, Lilis! Kamu teh udah gila ya? Masa katak kamu bawa masuk? Cepat buang keluar! Dasar borokokok!” maki ibunya

“Emak, katak ini teh luka karena kakinya tertindih batu, kasian emaak.”

“Emak ga peduli! Pokoknya keluarin katak itu sekarang juga! Sekarang! Eh maneh teh ga nurut ya sama emak??”

“Ta-ta pi mak … ka-ka-kasihan katak ini”

“Kalau maneh ga mau buang katak itu, sok atuhlah keluar sana dari rumah! Keluar!! ” bentak ibunya.

            Katak menyuruh Liis untuk membuang dirinya keluar dari rumah namun Lilis yang baik hati tidak mau karena merasa kasihan dengan kaki katak. Akhirnya Lilispun ikut keluar dari rumah. Katak merasa sangat terharu dengan kebaikan hati Lilis. Mereka berjalan tanpa arah dan tujuan dan tiba-tiba hujanpun turun dengan lebat. Lilis mencari sebuah pondokan kosong untuk berteduh. Katak meminta maaf pada Lilis karena telah mmbuatnya diusir dari rumah. Namun Lilis mengatakan ia sangat bersyukur karena telah bertemu katak yang mau menjadi temannya. Akhirnya hujanpun berhenti. Sebuah pelangi yang sangat indah muncul di langit. Katak meminta tolong pada Lilis untuk membawanya ke sebuah danau di tengah hutan. Lilispun berjalan hingga ke tengah hutan dan mendapati sebuah danau yang sangat indah. Lilis merasa terkesima. Belum pernah ia melihat danau seindah itu sebelumnya

“Indah sekali danau ini kang!”
“Iya, memang indah sekali. Hemhhh ….  Lilis akang mau tanya satu hal … tapi kamu teh jangan marah ya”
“Silahkan kang”
“Apa kamu mau mencium pipi akang?”
“Me …. Mencium pipi akang ….?”
“Iya … Tapi itu teh kalau kamu bersedia lis.”

Lilispun tersenyum dan tanpa ragu langsung mencium pipi sang katak. Sebuah keajaiban terjadi.  Asap menyelubungi katak tersebut, matahari langsung menampakan sinarnya, angin berhembus mesra dan bunga-bunga di sekitar mereka bermekaran. Lilis kaget dan langsung melempar katak tersebut.  Tiba-tiba katak tersebut menghilang dan berganti dengan seorang laki-laki yang sangat tampan.

Wilujeng siang Lilis …. Selamat siang ” ucap lelaki tampan itu.

“Si-siapa kamu?”

“Aku teh Aji. Sebenarnya namaku adalah Prabu Seto Aji. Aku adalah pangeran negeri ini. Aku mendapat kutukan karena makan jengkol keramat di istana. Sejak itu aku berubah menjadi katak. Ayah dan Ibuku sangat bingung. Mereka bertanya pada ahli ramal istana dan beliau mengatakan bahwa kutukanku hanya akan sirna apabila seorang gadis mau mencium pipiku dengan sepenuh hati. Sejak saat itu aku berkelana mencari gadis berhati emas yang mau membantuku melepaskan kutukan ini.” jelas pangeran Aji panjang lebar.

“Oh begitu rupanya …..”

“Terima kasih lis. Terima kasih banyak telah merawat kakiku dan melepaskanku dari kutukan.”

“ Sama-sama kang. Lilis senang bisa membantu akang.”

“Lilis, maukah kamu menjadi pendamping hidupku?”

“A-apa kang?”

“Menjadi pendampingku …  menjadi istriku dan memerintah negeri ini bersama.”

“Ta-tapi .. aku hanya rakyat biasa. Tidak pantas dengan akang yang seorang pangeran.”
“Tidak lis, kebaikan hatimu telah membuktikan bahwa kamu sangat pantas menjadi ratu. Bersediakah kau menjadi istriku, lis?”

“Baiklah kang, aku bersedia ….”

Prabu Seto Ajipun membawa Lilis ke istana. Semua warga istana sangat berbahagia melihat Prabu Seto Aji yang sudah berubah kembali menjadi seorang pangeran tampan. Seminggu kemudian sebuah pesta pernikahan digelar di istana. Seluruh pelosok negeri diundang termasuk ibu tiri dan Neneng. Ibu tiri dan Neneng merasa sangat kaget melihat Lilis menikah dengan sang pangeran. Mereka meminta maaf atas kesalahan mereka selama ini. Lilis yang baik hatipun memaafkan mereka dan mengajak mereka tinggal di istana. Lilis memperingati mereka untuk tidak menyentuh jengkol keramat namun suatu hari ibu tiri dan Neneng tergoda dengan bau nikmat jengkol keramat. Merekapun memakan jengkol tersebut. Lilis tiba-tiba datang dan merasa terkejut melihat mereka yang sedang makan jengkol keramat dengan nikmat. Namun sayang, sebelum Lilis berhasil menghentikan mereka, ibu dan saudara tirinya telah berubah menjadi batu. Lilis merasa sedih namun ia harus melanjutkan hidup. Setahun kemudian Lilis dan Prabu Seto Aji dikaruniai seorang putri yang cantik jelita dan merekapun hidup bahagia selama-lamanya.



Buat minggu ini ga terlalu happy ending. mungkin karena idenya standar dan memang gue pilih yang kategori 'nyeritain ulang dengan gaya sendiri' jadi ya gitu deh .... minggu depan harus lebih ok lagi! semangaaat!











0 komentar:

Posting Komentar

 

Wince Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review