gue kembali ga ada ide nulis dongeng apa ... so here it is .... gabungan antara bawang merah bawah putih yang gue mix pangeran kodok dalam gaya sunda. alurnya linear atau alur maju
Lilis dan Pangeran Katak
Zaman
dahulu kala di sebuah negara bernama negara Parahiyangan hiduplah seorang gadis
cantik bernama Lilis. Lilis hidup dalam sebuah keluarga yang bahagia. Ayahnya
adalah seorang saudagar sukses yang sering bepergian ke berbagai negara untuk
menjual rempah-rempah dan ibunya sangat cantik serta baik hati. Kebahagiaan
Lilis bertambah sempurna dengan kehamilan Ibunya. Ya! Ia akan menjadi seorang teteh sebentar lagi! Setelah mengandung
selama sembilan bulan, ibunya melahirkan seorang anak. Namun sayang, dewi fortuna
nampaknya tidak berpihak pada Lilis. Ibu serta adik yang diidamkannya meninggal
saat melahirkan. Hal ini tentu membuat
Lilis sangat sedih. Ayahnya yang tidak tega melihat kesedihan Lilis akhirnya
memutuskan untuk menikah lagi. Pernikahan ini menghadiahkan Lilis seorang kakak
tiri bernama Neneng. Awalnya ibu tiri sangat baik hati namun setelah ayah Lilis
meninggal dunia, ibu tiri dan Neneng selalu menyuruh Lilis berbagai hal dan
memarahinya. Lilis juga dipaksa untuk tidur di loteng yang kotor dan banyak
nyamuknya. Ketika malam tiba, Lilis menangis tersedu-sedu merindukan orang
tuanya.
“Emaak abaaah, Lilis teh rindu emak
abah. Rindu pisan emak baaah”, tangis Lilis
Suatu
hari ibu tiri menyuruh Lilis untuk mencuci baju. Lilispun pergi ke sungai
belakang rumah untuk menuruti perintah ibunya. Ketika sedang mencuci baju,
tiba-tiba Lilis melihat katak yang berteriak minta tolong. Lilispun kaget
karena baru kali ini ia melihat katak bisa berbicara.
“Tolong … tolong akuuu. Tolooong”
teriak katak itu.
“Eleuh eleeeuh, kamu teh bisa bicara ya? ujar Lilis
terkesima.
“Iya, iya aku teh bisa bicara, tapi tolonglah aku dulu. Aduuuh kakiku sudah mau
copot ini rasanya” teriak katak
Lilispun mengangkat batu yang
menindih kaki si katak dan menggendongnya lalu menaruhnya di atas tanah yang
kering.
“Aduh, nuhun ya teh, terima kasih banyak ….”
“Sama-sama om katak. Aku senang
bisa membantu.”
“Om? Aduh aku teh masih muda. Tolong jangan panggil om”
“Lalu aku teh panggil apa? Namamu siapa?”
“Namaku Aji. Panggil aku Aji saja.”
“Aku teh lilis. Baik, Kang
Aji. Kaki akang teh ga apa-apa?
Sekarang akang duduk saja dulu ya
disini. Istirahat dulu. Kasihan kaki akang.
Aku mau cuci baju dulu.”
Setelah menyelesaikan pekerjaannya
Lilispun kembali ke tempat sang katak dan membawa air dalam batok kelapa.
“Kang, kang Aji. Akang
bisa jalan?” tanya Lilis penuh kekhawatiran.
“Sepertinya kakiku agak terluka.
Aku tidak bisa jalan.” Jawab sang katak
“Baiklah, bagaimana kalau akang ikut aku pulang? Aku akan
mengobati kaki akang.”
“Benarkah?” tanya sang katak kaget
“Ya, tentu saja … ” jawab Lilis
dengan lemah lembut.
Akhirnya sang
katak dan Lilis pun pulang ke rumah. Lilis memberikan katak ramuan dari daun
jarak yang biasa dipakai untuk menyembuhkan luka memar. Katak merasa sungguh
bersyukur karena mendapat bantuan Lilis. Mereka bicara semalaman mengenai
banyak hal. Ternyata sang katak adalah binatang yang sangat menyenangkan. Lilis
tertawa terpingkal-pingkal semalaman mendengar leluconnya.
Namun sayang keesokan paginya, Neneng
mengetahui bahwa Lilis pulang dan membawa katak masuk ke rumah. Nenengpun
langsung mengadu pada ibunya
“Emaaak, emaaak, lihat itu mak,
Lilis teh bawa katak masuk rumah.” teriak Neneng
“Apa?? Heh, Lilis! Kamu teh udah
gila ya? Masa katak kamu bawa masuk? Cepat buang keluar! Dasar borokokok!” maki ibunya
“Emak, katak ini teh luka karena kakinya tertindih batu,
kasian emaak.”
“Emak ga peduli! Pokoknya keluarin
katak itu sekarang juga! Sekarang! Eh maneh
teh ga nurut ya sama emak??”
“Ta-ta pi mak … ka-ka-kasihan katak
ini”
“Kalau maneh ga mau buang katak itu, sok
atuhlah keluar sana dari rumah! Keluar!! ” bentak ibunya.
Katak
menyuruh Liis untuk membuang dirinya keluar dari rumah namun Lilis yang baik
hati tidak mau karena merasa kasihan dengan kaki katak. Akhirnya Lilispun ikut keluar
dari rumah. Katak merasa sangat terharu dengan kebaikan hati Lilis. Mereka berjalan
tanpa arah dan tujuan dan tiba-tiba hujanpun turun dengan lebat. Lilis mencari
sebuah pondokan kosong untuk berteduh. Katak meminta maaf pada Lilis karena
telah mmbuatnya diusir dari rumah. Namun Lilis mengatakan ia sangat bersyukur
karena telah bertemu katak yang mau menjadi temannya. Akhirnya hujanpun
berhenti. Sebuah pelangi yang sangat indah muncul di langit. Katak meminta
tolong pada Lilis untuk membawanya ke sebuah danau di tengah hutan. Lilispun
berjalan hingga ke tengah hutan dan mendapati sebuah danau yang sangat indah.
Lilis merasa terkesima. Belum pernah ia melihat danau seindah itu sebelumnya
“Indah sekali danau ini kang!”
“Iya, memang indah sekali. Hemhhh
…. Lilis akang mau tanya satu hal … tapi
kamu teh jangan marah ya”
“Silahkan kang”
“Apa kamu mau mencium pipi akang?”
“Me …. Mencium pipi akang ….?”
“Iya … Tapi itu teh kalau kamu bersedia lis.”
Lilispun
tersenyum dan tanpa ragu langsung mencium pipi sang katak. Sebuah keajaiban
terjadi. Asap menyelubungi katak
tersebut, matahari langsung menampakan sinarnya, angin berhembus mesra dan
bunga-bunga di sekitar mereka bermekaran. Lilis kaget dan langsung melempar
katak tersebut. Tiba-tiba katak tersebut
menghilang dan berganti dengan seorang laki-laki yang sangat tampan.
“Wilujeng siang Lilis …. Selamat siang ” ucap lelaki tampan itu.
“Si-siapa kamu?”
“Aku teh Aji. Sebenarnya namaku adalah Prabu Seto Aji. Aku adalah
pangeran negeri ini. Aku mendapat kutukan karena makan jengkol keramat di
istana. Sejak itu aku berubah menjadi katak. Ayah dan Ibuku sangat bingung.
Mereka bertanya pada ahli ramal istana dan beliau mengatakan bahwa kutukanku
hanya akan sirna apabila seorang gadis mau mencium pipiku dengan sepenuh hati.
Sejak saat itu aku berkelana mencari gadis berhati emas yang mau membantuku
melepaskan kutukan ini.” jelas pangeran Aji panjang lebar.
“Oh begitu rupanya …..”
“Terima kasih lis. Terima kasih
banyak telah merawat kakiku dan melepaskanku dari kutukan.”
“ Sama-sama kang. Lilis senang bisa
membantu akang.”
“Lilis, maukah kamu menjadi
pendamping hidupku?”
“A-apa kang?”
“Menjadi pendampingku … menjadi istriku dan memerintah negeri ini
bersama.”
“Ta-tapi .. aku hanya rakyat biasa.
Tidak pantas dengan akang yang seorang pangeran.”
“Tidak lis, kebaikan hatimu telah
membuktikan bahwa kamu sangat pantas menjadi ratu. Bersediakah kau menjadi
istriku, lis?”
“Baiklah kang, aku bersedia ….”
Buat minggu ini ga terlalu happy ending. mungkin karena idenya standar dan memang gue pilih yang kategori 'nyeritain ulang dengan gaya sendiri' jadi ya gitu deh .... minggu depan harus lebih ok lagi! semangaaat!
0 komentar:
Posting Komentar