Well jadi di semester (yang insya Allah) terakhir ini eke lagi nulis skripsi. Sesuatu yang juga populer dengan skripshit atau skripsweet. Dan gue ngambil matkul pilihan ......
Penulisan populer! yeaaaay! Dosennya adalah pak Daniel. Jadilah gue semester ini nuliiiis melulu kerjaannya. Matkul (yang insya Allah) terakhir ini adalah matkul yang ngajarin nulis populer. Jadi nanti kita belajar bikin deskripsi, narasi terus entah apalagi. Deskripsinya aja macem-macem. Ada deskripsi pengembangan spasi, deskripsi pengembangan spasi dengan observasi, deskripsi pengembangan spasi dengan waktu waaah macem-macem deh pokoknya. Nah so here it is PR pertama gue di (insya Allah) semester terakhir. PR ini adalah deskripsi pengembangan spasi. Spot yang gue pilih adalah sekre CEDS dengan sedikit dramatisasi (well, dalam penulisan populer dramatisasi diperbolehkan). FYI gue udah pensiun CEDS dari awal 2013. Jadi ini adalah sekre dalam ingatan gue taun 2012/2013 yang gue yakin banget udah beda banget sekarang. Gue ga terlalu pinter deskripsiin sesuatu so yah inilah PR gue hoho. Judulnya seperti di bawah ini.Gue juga bakal upload tulisan penpop gue yang lain. Bukan untuk siapa-siapa tapi buat gue sendiri. Sesuatu yang bakal gue baca suatu hari dan (hopefully) memberi seulas senyum dan sepercik kebahagiaan buat gue atau orang lain yang baca
Happy Reading! ^^
Seberkas
Memori di Sekertariat CEDS
Kriet
kriet. Pintu coklat itu memang sudah cukup tua. Perlu sedikit usaha untuk
membukanya dan perlu ketabahan khusus mendengar engsel pintu ketika dibuka.
Seperti pintu lainnya, pintu ini menggunakan kunci putar dengan gagang berwarna
emas. Ya, pintu ini memang sudah agak tua. Pintu inilah yang membawa saya pada
tempat favorit saya di Pusgiwa (Pusat Kegiatan Mahasiswa). Tempat paling nyaman
dan aman, tenang namun penuh semangat. Banyak orang yang mengatakan bahwa
tempat ini adalah sekertariat CEDS, sebuah unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang
bergerak dalam bidang kewirausahaan. Namun, saya menyebutnya rumah kedua.
Pintu masuk sekertariat CEDS digantungi poster
besar dengan konsep komik yang dibagi menjadi enam kolom.Poster unik tersebut menggambarkan
keuntungan mahasiswa yang juga menjadi wirausahawan. Seperti halnya jaket
kuning, bis kuning dan UI yang serba kuning, poster tersebut juga dibuat dengan
warna dasar kuning dan dihiasi tulisan serta gambar tokoh kartun dalam tinta
hitam.
Begitu
pintu coklat tersebut dibuka terlihat sebuah ruangan yang tidak terlalu besar.
Harum. Tentu harum. CEDS punya anggaran khusus untuk kebersihan sekertariat. Selain
itu, setiap divisi punya kewajiban membersihkan sekertariat yang digilir setiap
bulan. Hal pertama yang terlihat dalam ruangan adalah etalase. Etalase yang
berada di sebelah kanan ruangan itu berisi barang-barang yang dijual anggota
CEDS. Ada keripik, kacang, biskuit dan berbagai teman di kala lapar menyapa.
Bukan cuma itu, beberapa deret minyak wangi dan bros warna-warnipun terpampang
manis dalam etalase. Di sebelah etalase berdiri, terdapat meja kayu berwarna
coklat. Seperti halnya pintu sekertariat, meja ini sudah cukup tua namun masih
terlihat kokoh menampung galon dan beberapa gelas. Sebuah lemari besar berwarna
hijau keabu-abuan berada tepat di seberang pintu masuk. Terlihat warna merah,
kuning, hijau dan biru saat Anda membuka lemari. Bukan, itu bukan boneka Teletubbies.
Itu adalah tempat file dan arsip berbagai divisi yang ada di CEDS.
Sebuah
hal yang tak biasa dan dapat dipastikan tidak ada di sekertariat lain adalah
benda yang berada di sebelah kiri ruangan. Sayangnya, benda besar ini tidak
ditakdirkan memberikan kehangatan. Tentu saja, karena benda ini adalah freezer. Freezer berwarna putih yang cukup besar ini adalah milik ketua CEDS
tahun 2012-2013 bernama Ibnu. Awalnya, freezer
ini dijadikan tempat untuk menjual es potong namun seiring berjalannya waktu, es
tersebut tidak diproduksi kembali dan freezer
tersebutpun kehilangan pasangan hidupnya.
Hidup
di tahun 2000-an rasanya tak lengkap jika tak bercengkrama dengan komputer.
Sebuah komputer berwarna hitam dan printer
berwarna putih terlihat berada di sebuah meja berwarna coklat di ujung ruangan.
Monitornya sudah cukup lama, sering hank
dan jangan ditanya berapa virus yang bersarang disana. Namun, si tua itulah
yang sudah berjasa menghasilkan berbagai surat, undangan, company profile hingga business
plan kami. Berkali-kali saya berdoa dalam hati agar si tua bisa segera
pensiun dan diganti dengan si layar datar dengan suara stereo. Tepat di samping
meja komputer itu terlihat kabel-kabel yang agak berantakan dengan sebuah stabilizer.
Sebuah
papan tulis yang sepertinya sudah ribuan kali ditulisi dan dihapus di
tergantung pula di sisi kiri ruangan. Tidak ada bangku kecuali bangku di depan
meja komputer dalam sekertariat CEDS namun ada sekitar tiga karpet besar berawarna
merah dengan motif bulat-bulat yang digelar di tengah ruangan dan beberapa
bantal untuk para anggota CEDS yang datang untuk berdiskusi atau sekadar bersenda
gurau. Kenyamanan ini bertambah lengkap dengan kehadiran pendingin ruangan dan wifi di sudut kiri ruangan. Surga dunia,
kata mahasiswa. Sekertariat ini mungkin seperti kuburan saat pagi hari. Begitu
sunyi dan senyap. Namun jangan ditanya saat sore menjelang. Riuh rendah penuh
gelak tawa. Pusgiwa terlebih lagi
sekertariat CEDS boleh jadi kecil, tersembunyi dan tidak populer di kalangan
mahasiswa pada umumnya namun tempat ini memberi banyak pelajaran,menjadi rumah
kedua dan menyimpan sejuta kenangan bagi para penghuninya.
0 komentar:
Posting Komentar